Minggu, 24 April 2016
Ruh Bila Bermakna "Jiwa"
Dan mereka bertanya kepadamu tentang
roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu
diberi pengetahuan melainkan sedikit" ( QS.17 Al-Isro : 85 ).
Terdapat beberapa kemungkinan tentang Ruh yang disebutkan pada ayat di atas, Ruh Hewani, Ruh Insani (jiwa-berpikir), Ruh al-Qudus atau Jibril, dan “Ruh” yang bermakna suatu makhluk yang lebih tinggi dari malaikat.
Menurut Ibnu Zakariya (w. 395 H / 1004 M) menjelaskan bahwa kata al-Ruh dan semua kata yang memiliki kata aslinya terdiri dari huruf : RA, WAWU, HA; mempunyai arti dasar BESAR, LUAS dan ASLI. Makna itu mengisyaratkan bahwa al-RUH merupakan sesuatu yang agung, besar dan mulia, baik nilai maupun kedudukannya dalam diri manusia.
Al-Raqib al-Asfahaniy (w. 503 H / 1108 M), menyatakan di antara makna al-RUH adalah al-NAFS (JIWA manusia). Makna disini adalah dalam arti aspek atau dimensi, yaitu bahwa sebagian aspek atau dimensi jiwa manusia adalah al-Ruh, dengan Ruh itulah manusia hidup dan berakal waras.
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik (QS. 23 : 14).
Sesungguhnya salah seorang diantara kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya dalam waktu 40 (empat puluh) hari, kemudian menjadi segumpal darah selama 40 hari, kemudian menjadi segumpal daging selama itu juga (40 hari), kemudian diutuslah Malaikat kepadanya dan ditiupkan ruhnya, kemudian diperintahkan untuk menuliskan 4 perkara; rejeki, ajal, amal perbuatan dan nasibnya celaka atau bahagia. (Perawi : Abdullah bin Mas’ud, kitab : Mu’jam Asy-Syuyukh, jilid 2, hal 764, derajat hadits : Shahih)
Tahap penciptaan manusia setelah terjadi pertemuan sperma dan ovum sampai ditiupkannya ruh adalah sebagai berikut :
1. Proses sperma menjadi segumpal darah, 40 hari.
2. Proses segumpal darah menjadi segumpal daging, 40 hari.
3. Proses segumpal daging menjadi tubuh yang lengkap, 40 hari.
1. Proses sperma menjadi segumpal darah, 40 hari.
2. Proses segumpal darah menjadi segumpal daging, 40 hari.
3. Proses segumpal daging menjadi tubuh yang lengkap, 40 hari.
Pada hari yang ke-120 ruh ditiupkan dan Allah SWT mengutus Malaikat
untuk mencatatkan rejeki, waktu kematian, amal perbuatan dan nasibnya
celaka atau bahagia. 4 (empat) perkara ini sengaja dirahasiakan agar
manusia tetap berusaha menjadi yang terbaik.
Namun demikian
masalah Ruh adalah tetap merupakan sesuatu yang misteri sebagaimana
al-Qur’an menegaskan bahwa masalah Ruh adalah semata urusan-Ku sebagai
yg tersebut dalam QS.17 : 85, demikian firman Allah swt. Namun dalam
tulisan ini saya tarik pada pengertian Jiwa yang ada dalam Raga kita
yang memberi energi hidup pada setiap Insan.
Hadits Abu Hurairoh
r.a, bersabda: “AL-ARWAH JUNUDUN MUJANNADAH, FAMA TA’AROFA MINHA
I’TALAFA, WAMA TANAKARO MINHA IKHTALAFA”.
"Ruh-ruh atau jiwa-jiwa itu bagaikan tentara yang tersusun. Jika saling mengenal maka akan bersatu, dan jika saling mengingkari maka akan berpisah" [HR. Bukhori-Muslim]
Menurut Psikolog hadits tersebut memberi
makna bahwa arwah atau Ruh atau jiwa itu apabila ada kecocokan antara
satu dengan yang lain pasti akan bersatu akan berkumpul bersama, namun
apabila jiwa saling bertentangan antara satu dg lainnya pasti tidak akan
bersatu, hal tersebut terjadi baik kelak di akhirat maupun kini di
dunia sewaktu masih bersatu dengan badan. Oleh sebab itu ini memberikan
makna bahwa jiwa yang ada dalam diri kita akan menyatu dengan yang
lainnya apabila memiliki kecocokan atau kesamaan dan akan bercerai
apabila jiwa yang ada dalam raga kita tidak saling mengenal.
Orang yang memiliki jiwa jahat otomatis akan berkumpul dengan manusia
yang jiwanya jahat, demikian pula orang yang memiliki jiwa yang baik
akan berkumpul juga bersama dengan orang yang berjiwa baik.
Pepatah
Inggris mengatakan, “bird of a feather flock together”, burung yang
bulunya sama akan berkumpul ditempat yang sama.
Jika kita perhatikan
tayangan-tayangan di TV mengenai kehidupan burung, mereka-burung-
berjejer dan berkumpul dengan sesama yang bulunya sama, saling
berkasihan, saling canda dan bermesraan serta saling membantu dalam satu
paguyuban, itu mengingatkan kita sebagai “ibrotun li ulil albab”
sebagai ibroh/suritauladan bagi yang memiliki akal sehat dan menambah
taqwa kepada Allah swt.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut kepada Tuhannya (QS.89 An-Nazi’at : 26).
Orang yang jiwanya menyatu/ada kecocokan walau berjauhan dengan
siapapun, maka yang jauh itu tetap terasa dekat karena satu jiwa,
sebaliknya jika kita berkumpul disatu tempat tapi kalau antara satu
dengan lainya tidak satu jiwa maka tetap akan terasa jauh dan asing.
Yang berjiwa al-haq akan berkumpul dg yang berjiwa al-haq dan yang berjiwa bathil akan berkumpul dan menyatu bersama dengan yang bathil, para Munafiqin dan Kafirin akan berkumpul dg sesamanya …dan seterusnya…dan seterusnya.
Ikhwah/Sudara se-Iman, se-Idiologi , Seperjuangan dan secita-cita akan menyatu dan berkumpul bersama baik dekat maupun jauh, tapi bagi mereka yang tidak Sejiwa pasti akan berjauhan dan berpisah, tergantung kecenderungan jiwanya masing-masing.
“ Burung yang bulunya sama akan berkumpul ditempat yang sama”.
Yang berjiwa al-haq akan berkumpul dg yang berjiwa al-haq dan yang berjiwa bathil akan berkumpul dan menyatu bersama dengan yang bathil, para Munafiqin dan Kafirin akan berkumpul dg sesamanya …dan seterusnya…dan seterusnya.
Ikhwah/Sudara se-Iman, se-Idiologi , Seperjuangan dan secita-cita akan menyatu dan berkumpul bersama baik dekat maupun jauh, tapi bagi mereka yang tidak Sejiwa pasti akan berjauhan dan berpisah, tergantung kecenderungan jiwanya masing-masing.
“ Burung yang bulunya sama akan berkumpul ditempat yang sama”.
"Pemimpin" Bukan "Pemangku Jabatan...?"
Apa beda Pemimpin dengan
Pemangku Jabatan (PJ), demikan pertanyaan yg cukup sederhana,
jawabannya tentu beda.
Dalam situasi kritis cukup sulit mencari Pemimpin
namun mudah menemukan Pemangku Jabatan. Pemimpin itu tidak ada
sekolahnya sedang Pemangku Jabatan (PJ) melalui pendidikan formal dan
ditentukan oleh secarik kertas berupa SK. Yang termasuk Pemangku Jabatan
; Manajer, Direktur, Dirjen, Irjen, Kepala .
Pemangku Jabatan adalah mereka yang pandai menjaga, bekerja dan memelihara system yang ada, sangat patuh pada atasan, orentasinya hari ini dan disini ( here and Now ), menciptakan kesetiaan pengikut dan dasarnya kompetensi dan profesionalisme. Mereka yang bermentalkan Pemangku Jabatan berkecenderungan akan sangat takut kepada mereka yang memiliki kecenderungan menjadi pemimpin.
Karakter mental Pemangku Jabatan akan mengontrol ketat dan akan beruapaya sekuat tenaga untuk menciptakan bawahan yang super ta’at. Beda dengan Pemimpin akan selalu menciptakan pikiran segar, mencerdaskan pengikut, berjiwa bebas dan kreatif, merdeka dan senantiasa menciptakan gagasan baru. Pemimpin hidupnya selalu gelisah memikirkan orang banyak, bukan orang banyak yang dipaksa harus memikirkan dirinya sebgaimana karakter PJ.
Kelompok Pemangku Jabatan biasa akan menghalalkan segala cara yang penting bagi mereka Posisi Jabatan, uang sogok, penjilat dan penuh dengan kepura-puraan shalih. Berbagai jabatan dirangkap/dipegang yang penting prestise bukan prestasi dan siap dikendali oleh siapapun sekalipun oleh orang bodoh yang penting jabatan.
Di negeri ini dizaman reformasi yang seharusnya
lebih rasional ternyata rangkap jabatan dilakukan oleh mereka yang
memiliki pendidikan tinggi, pernah terjadi seorang yang menjabat
sebagai Kepala Pemerintahan/Presiden merangkap jabatan dengan ketua
parpol dan yang sejenisnya disebahagian kelompok masih berlaku sampai
hari ini.
Pemimpin itu pasti seorang Pembaharu, memiliki gagasan cerdas, memandang jauh ke depan dan berjiwa Perubah, berani merubah system kepada yg lebih baik, siap menanggung resiko, berani menghadapi tantangan berani salah untuk perbaikan, bebas tapi disiplin, kreatif dan tidak terlalu memikirkan posisi, apabila jatuh bangun kembali, jatuh bangun kembali tak ada kamus prustasi selama jiwa dikandung badan, itu pemimpin.
Beda dengan karakter Pemangku Jabatan biasanya mereka jika berkuasa mengatur taktik dengan cara manipulasi anggota bawahan agar langgeng dalam kekuasannya, suka aji mumpung suka “beberengkes”persiapan untuk pensiun, sedang seorang pemimpin tidak ada istilah pensiun.
Biasanya yang terjadi Pemimpin yg berjiwa Pembaharu sudah dipastikan akan berhadapan dengan penghadangan dan Penjegal pemelihara puasaka lama, yang senantiasa tdk menginginkan perubahan dan sangat tabu akan pembaharuan malah menganggap suatu pekerjaan dosa besar jika ada progres, dan para penjegal tersebut dipastikan diseponsori oleh mereka yang berjiwa Pemangku Jabatan yg kerjanya mengincar posisi dan takut akan perubahan dan pembaharuan karena kepentingannya akan terganggu.
Begitu gagasan segar melalui hasil "Iqronya" dilontarkan atas perubahan aqidah, ibadat dan tatanan social oleh Nabi saw kpd ummatnya spontan rame-rame menolak, melawan bahkan mengancam membunuh, mereka ta’at mempertahankan status quo jahiliyahnya.
Allah swt mengaskan dalam firman-Nya, yg artinya : apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". mereka menjawab: "Cukuplah untuk Kami apa yang Kami dapati bapak-bapak Kami mengerjakannya". dan Apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk ? ( QS.5 : 104 ).
Dalam perjalanan hidup manusia, baik berupa lembaga, organisasi atau pemerintahan situasi dan kondisi tersebut tadi akan selalu terjadi, mana kelompok yang memerlukan pemimpin dan mana kelompok yang akan melestarikan system dalam bentuk Pemangku Jabatan.
Memang hidup berkelompok adalah sunnatulloh, orang Inggris mengatakan dalam pepatahnya ; “Bird of a Feather Flock Together” (burung yang bulunya sama akan berkumpul ditempat yang sama).
Semoga negeri ini senantiasa diberi hidayah dan inayah Allah swt. Amin.
Renungan "PANTA REI" - This Too Shall Pass
Jika kita pernah
belajar Filsafat insya Allah akan kenal seorang failosof bernama
Herakleitos beliau diketahui berasal dari Efesus di Asia Kecil,
sekarang disebut negeri Persia atau Iran.
Ia hidup di sekitar abad ke-5
SM (540-480 SM). Ia hidup sezaman dengan Pythagoras dan Xenophanes.
Pemikiran Herakleitos yang paling terkenal adalah mengenai
perubahan-perubahan di alam semesta.
Menurut Herakleitos, tidak ada satu pun hal di alam semesta yang bersifat tetap atau permanen. Tidak ada sesuatu yang betul-betul “ada”, semuanya berada di dalam proses menjadi. Ia terkenal dengan ucapannya PANTA REI KAI UDEN MENEI yang berarti, "semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap /abadi". Kata-kata Filusuf tersebut yang menegaskan Panta Rei ada relevansinya dengan kisah seorang raja sebagai berikut :
Alkisah ada seorang raja yang kaya raya dan senang sekali mengoleksi beraneka hiasan emas. Di kerajaan itu hidup seorang tukang emas yang sangat ahli, kreatif, dan bijak bestari sehingga sang raja menaruh hormat. Mengetahui tukang emas itu sudah semakin lanjut usianya, sang raja datang meminta dibuatkan cincin seindah mungkin sebagai kenangan terakhir.
Singkat cerita, tidak sampai sebulan tukang emas menghadap raja dengan menyerahkan cincin emas pesanannya itu. Sang raja sangat gembira dan memuji cincinnya yang sangat indah. Namun, ketika tukang emas hendak pamit, sang raja mengajukan satu permintaan: tolong tuliskan di cincin ini kalimat yang bisa mengingatkan pengalaman hidupmu yang membuat dirimu dihormati di istana ini.
Tukang emas merenung sepanjang jalan. Berhari-hari, berminggu-minggu dia belum menemukan kalimat itu’ kalimat apa kira-kira yang harus aku ukir dicincin sang raja, gumamnya. Dia merasa jauh lebih sulit menemukan kata-kata yang diminta sang raja ketimbang membuat cincinnya.
Setelah banyak merenung, mengamati kehidupan masyarakat di sekitarnya, dan menerawang ayat-ayat semesta, akhirnya dia tahu apa yang harus dituliskan di cincin tersebut. Bunyinya: THIS TOO SHALL PASS, “INI PUN AKAN BERLALU”. Orang Arab mengatakan, Kulluhu maasyi,
Dalam bahasa Ibrani : Gam zeh yaavor. Dalam
frasa Turki: Bu da gecer. Orang Yunani kuno menyebutnya : Panta Rei. Al
Quran menyebutkan: Kullu man ‘alaiha faan.
Tak ada apa pun dan siapa pun
yang abadi semuanya akan hilang dan musnah. Semua akan berlalu dan
berpisah dari kita.
Malam Selasa tgl.14 Maret 2016 TV One, mewawancarai mantan perdana menteri Malaysia DR.Mahathir Muhammad dalam acara “Satu jam lebih dekat”, sewaktu beliau diperlihatkan gambar proses pemakaman presiden Soeharto, setelah tayangan tersebut selesai ditanya oleh si pewawancara apa kesan beliau setelah melihat itu, DR.Mahathir Muhammad sulit bicara, dari kedua matanya terlihat berkaca-kaca keluar air mata, menangis mengenang masa lalu, orang yang telah memimpin Negara sebesar ini yg saya sendiri tak mungkin mampu memimpin negeri sebesar ini katanya, beliau adalah seorang pemimpin, namun semuanya sudah berlalu dan kita akan seperti itu juga walau setinggi apapun jabatannya,…. luar biasa.”Kullu man alaiha fanin”. Tak ada apa pun dan siapa pun yang abadi. Semua akan berlalu dan berpisah dari kita.
Heraklitus menegaskan lagi "Jika kaki kita menginjak air sungai sangat mustahil bisa menginjak lagi air yang sama disungai yang sama seperti yang pernah kita injak, semuanya sudah mengalir, sudah berlalu".
Kata-kata tersebut mengingatkan kita dalam firman Allah swt, betapa kelak manusia ingin kembali ke dunia dari alam akhirat setelah wafatnya dengan alasan akan banyak berbuat kebajikan. Sayang terlambat dan sdh berlalu.
Firman-Nya : dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Tuhan-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah terlebih dahulu dan agar aku termasuk kpd kelompok orang-orang yang salih ?"
( QS.Al-Munafiqun : 10 ).
Ayat tersebut mengingatkan agar kita tdk menyesal terhadap kesalahan masa lalu maka kita dianjurkan agar berbuat dan beramal kebajikan dari sekarang, jika masa lalu tak perlu disesasli, kemudian bagaimana kita menghadapi atau bersikap terhadap kesalahan yang telah diperbuat dimasa lalu itu ?
Apabila kita telah melakukan kekeliruan atau perbuatan dosa dimasa lalu, maka kesalahan yang diperbuat dimasa lalu tersebut tidak mungkin bisa diperbaiki hari ini,,itu semua sudah berlalu, yang ada bagaimana kita memperindah masa depan,…dan taubat mumpung masih ada kesempatan waktu. Oleh karena itu bagi orang mu’min tdk ada kamusnya hidup prustasi atau menjadi pendendam dg memperpanjang ingatan peristiwa kelam masa lalu. Semuanya sudah mengalir dan berlalu , panta rei, mari memperindah masa depan dengan berbagai kebajikan agar tidak menambah resiko beban batin dan kita akan menjadi manusia sehat lahir batin dan kelak akan mendapat pahala yang membahagiakan di alam baqa.
Mari kita renungkan bersama tentang hidup dan kehidupan ini…!
Memelihara Jenggot/Janggut
Janggut/Jenggot (LIHYAH) adalah rambut yang tumbuh pada kedua pipi dan dagu.
Jadi, semua rambut yang tumbuh pada dagu, di bawah dua tulang rahang
bawah, pipi, dan sisi-sisi pipi disebut lihyah (jenggot/janggut) kecuali kumis.
(Lihat Minal Hadin Nabawi I’faul Liha, ‘Abdullah bin Abdul Hamid dengan
edisi terjemahan ‘Jenggot Yes, Isbal No’, hal. 17)
Dari Anas bin Malik - pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam– mengatakan, ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah laki-laki yang
berperawakan terlalu tinggi dan tidak juga pendek. Kulitnya tidaklah
putih sekali dan tidak juga coklat. Rambutnya tidak keriting dan tidak
lurus( ombak banyu, sunda). Allah mengutus beliau sebagai Rasul di saat
beliau berumur 40 tahun, lalu tinggal di Makkah selama 10 tahun.
Kemudian tinggal di Madinah selama 10 tahun pula, lalu wafat di
penghujung umur tahun enam puluhan. Di kepala serta jenggotnya hanya
terdapat 20 helai rambut yang sudah putih.” (Lihat Mukhtashor Syama’il
Al Muhammadiyyah, Muhammad Nashirudin Al Albani, hal. 13, Al Maktabah Al
Islamiyyah Aman-Yordan. Beliau katakan hadits ini shohih)
Hadit-Hadits Memelihara Jenggot/Jangut :
Hadits pertama, dari Ibnu Umar radhiyallahu‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pendekanlah kumis dan biarkanlah (peliharalah) jenggot” (HR. Muslim no. 623).
Hadits kedua, dari Ibnu Umar radhiyallahu‘anhuma, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Selisihilah orang-orang musyrik. Potong
pendekanlah kumis dan biarkanlah jenggot” (HR. Muslim no. 625).
Hadits ketiga, dari Ibnu Umar radhiyallahu‘anhuma, beliau berkata,
“Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk memotong
pendek kumis dan membiarkan (memelihara) jenggot” (HR. Muslim no. 624).
Hadits keempat, dari Abu Huroiroh radhiyallahu‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pendekkanlah kumis dan
biarkanlah (perihalah) jenggot dan selisihilah Majusi” (HR. Muslim no.
626)
Hadits kelima, dari Ibnu Umar radhiyallahu‘anhuma, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Cukur dg rapi kumis dan
biarkanlah (peliharalah) jenggot” (HR. Bukhari no. 5893).
Hadits
keenam, dari Ibnu Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Selisihilah orang-orang musyrik. Biarkanlah jenggot dan pendekkanlah
kumis” (HR. Bukhari no. 5892).
Semua lafazh tersebut bermakna
membiarkan jenggot tersebut sebagaimana adanya. (Lihat Syarh An Nawawi
‘alam Muslim, 1/416, Mawqi’ Al Islam-Maktabah Syamilah 5)
Di samping
hadits-hadits yang menggunakan kata perintah di atas, memelihara
jenggot juga merupakan sunnah fithroh.
Dari Ummul Mukminin, Aisyah
radhiyallahu‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,: “Ada
sepuluh macam fitroh, yaitu memendekkan kumis, memelihara jenggot,
bersiwak, istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung,-pen), memotong kuku,
membasuh persendian, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan,
istinja’ (cebok) dengan air” (HR. Muslim no. 627)
Memelihara dan
membiarkan jenggot merupakan sunnah rasul saw tapi tidak wajib, yang
menjadi permasalahan ada sebahagian pendapat ekstrim mewajibkan seolah
yang tidak berjenggot dituding tidak sesuai dg syari’at Islam.
Oleh sebab itu jika kita memperhatikan dan mendalami hadits-hadits tsb di atas dapat disimpulkan :
- Memelihara jenggot adalah sunnah Rasul, menggunting/memendekkan kumis – bukan mencukur kumis, juga sunnah.Oleh karena itu yg dikaruniai jenggot atau kumis hendaknya merapikan dg baik jangan kelihatan semrawut tidak karuan lagi tak terurus.
- Maksud Rasul saw memelihara jenggot dan memendekkan kumis untuk membedakan mana msulim mana kelompok kaum musyrikin sa’at itu. Ibnu Hajar menyatakan bahwa orang-orang Majusi ada yang memotong pendek jenggot mereka dan ada juga yang mencukurnya habis (Fathul Bari [10/349]).dari hadits tsb Nabi saw memerintahkan agar kaum muslimin berbeda dengan Majusi yg tidak suka memelihara jenggot.
- Bagi laki-laki yg tidk subur rambut jenggotnya tidak berarti keluar dari syari’at karena sudah dari sononya ditakdirkan Alloh diciptakan seperti itu. Jadi, bagi yang memang dari sononya tidak punya jenggot, tidak usah sedih, dan tidak usah juga membeli penumbuh jenggot berharga mahal untuk merealisasikan perintah Nabi ini. Perintah memelihara jenggot ini hanya untuk yang dikaruniai jenggot oleh Allah ta’ala.
- Bagi yang berjenggot tidak perlu merasa paling taqwa dan tidak perlu memaksa serta mewajibkan kpd orang lain untuk berjenggot karena hal tsb hanya sunnah, yang wajib itu memelihara anak yatim dan menyantuni fakir miskin serta membangun peradaban Islam untuk mencapai kejayaan Islam.
- Bagi yg tidak berjenggot dan yg tidak senang memelihara jenggot tidak perlu mencela kpd orang yang berjenggot karena memelihara jenggot adalah sunnah Rasul saw.
- Permasalahan besar masa kini bukan harus memperebutkan dan memperdebatkan jenggot apa wajib atau sunnah, tapi bagaimana ummat Islam menghilangkan penyakit yg tumbuh subur dalam jiwanya, yakni penyakit perpecahan, penyakit iri dengki, kebodohan dan ketertinggalan serta kemiskinan yang ada dalam masyarakat Islam di dunia.
Wallohu a’lam Bis-Showwab.
Dua Yang Di Sukai Allah SWT
Al- Faqih Abu Laits Samarqondi dalam
tulisannya menegaskan serba dua hal yang disukai Allah Swt bersumber
dari Syeikh Aban Bin Sholih, Umair dan Anas Bin Malik, yakni :
- Tiada KEKANGAN yang lebih disenangi Allah swt kecuali dua perkara :
Pertama : Orang yang mampu mengekang amarah/emosi dengan penuh kesabaran.
Kedua : Mengekang Mushibah tiada prustasi atas mushibah tersebut dengan kesabaran pula.
- Tiada TETESAN yang sebih disukai Allah swt kecuali dua tetesan :
Kedua : Tetesan air mata ketika sujud tengah malam sunyi senyap sedang sa’at itu
orang-orang sedang tidur nyenyak.
- Tiada LANGKAH yang disenangi Allah swt kecuali dua langkah :
Kedua : Langkah bersilaturahmi untuk menyambungkan persaudaraan.
Gerhana
Gerhana adalah peristiwa tertutupnya sebuah objek disebabkan adanya benda/objek yang melintas di depannya. Kedua objek yang terlibat dalam gerhana ini memiliki ukuran yang hampir sama jika diamati dari Bumi. Contohnya gerhana Matahari dan gerhana Bulan.
GERHANA MATAHARI terjadi saat posisi bulan terletak di antara Bumi &
Matahari sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya Matahari.
Meskipun Bulan berukuran lebih kecil, bayangan Bulan mampu melindungi
cahaya Matahari sepenuhnya karena Bulan yang berjarak rata-rata jarak
384.400 kilometer dari Bumi lebih dekat dibandingkan Matahari yang
mempunyai jarak rata-rata 149.680.000/ 150 Jt. kilometer dari planet
bumi. Menurut ilmuwan dalam bidangnya Gerhana Matahari Total akan
terjadi 350 th sekali.Wallohu a'lam.
GERHANA BULAN terjadi jika
bulan dalam peredarannya masuk ke umbra bumi, sebagian atau seluruhnya.
Jika bulan berada dalam penumbra bumi, bulan tampak samar-samar; jika
sebagaian bulan masuk ke umbra bumi, terjadi gerhana bulan sebagian;
jika seluruh bulan masuk ke umbra bumi, terjadi gerhana bulan total.
Lama seluruh gerhana bulan dapat berlangsung kira-kira 6 jam, tetapi
gerhana bulan total hanya berlangsung kira-kira satu jam empat puluh
menit. Sebagaimana bumi, bulan juga menghasilkan umbra dan penumbra jika
terkena sinar matahari.
Ada dua jenis Gerhana yakni Gerhana Bulan dan Matahari, keduanya bisa total juga bisa parsial.
Nabi saw bersabda :
Dari Al-Mughiroh Bin Syu’bah beliau berkata; "Matahari mengalami gerhana di hari wafatnya Ibrahim (putra Rasulullah SAW). Maka orang-orang berkata; Dia (matahari) mengalami gerhana karena kematian Ibrahim (putra Rasul saw dari Mariyah al-Qibtiyah). Maka Rasulullah SAW bersabda; Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua ayat di antara ayat-ayat Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihatnya, maka berdoalah, dan Shalatlah sampai terang (normal) kembali” (H.R.Bukhari)
Dari Al-Mughiroh Bin Syu’bah beliau berkata; "Matahari mengalami gerhana di hari wafatnya Ibrahim (putra Rasulullah SAW). Maka orang-orang berkata; Dia (matahari) mengalami gerhana karena kematian Ibrahim (putra Rasul saw dari Mariyah al-Qibtiyah). Maka Rasulullah SAW bersabda; Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua ayat di antara ayat-ayat Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihatnya, maka berdoalah, dan Shalatlah sampai terang (normal) kembali” (H.R.Bukhari)
Dalam riwayat lain jika terjadi Gerhana, dianjurkan berdo’a, Istigfar, takbir dan bersedekah, kemudian shalat. Gerhana dalam penomena alam merupakan sunnatulloh dan memberikan tadzkiroh kepada kita ummat manusia betapa Allah itu Maha Kuasa, makanya dianjurkan melakukan sebagaimana dalam hadist tersebut, bukan memukul-mukul benda, wanita hamil disuruh masuk kolong (kolong rumah, bangku, resbang, meja dan semacamnya) lalu dimandikan/diguyur air atau dikumandangkan adzan dan bukan pula Bulan atau Matahari dalam peristiwa Gerhana tersebut. ditelan ular naga sebagaimana kepercayaan animis dahulu.
Hendaknya ummat Islam kembali kepada ajaran yang benar yang bersumber kepada al-Qur’an dan as-Sunnah Rasul saw, bukan kembali kepada keyakinan "buhun" yang penuh dengan tahayul dan khurafat.
Shalat Gerhana dua raka’at, dalam raka’at pertama dua kali ruku, demikian pula dalam raka’at kedua dua kali ruku.
Setelah ruku pertama
berdiri I’tidal dan langsung melanjutkan bacaan al-Qur’an bukan
Fatihah, sebab Fatihah cukup satu kali dalam setiap raka’at, setelah ruku
yg kedua lalu berdiri I’tidal untuk sujud demikian juga dalam raka’at
kedua sama dengan raka’at pertama tadi dan duduk tahiyat lalu salam.
Setelah selesai shalat yang dua raka’at tadi kemudian imam khutbah sesuai dengan tema terjadinya peristiwa sunnatulloh tentang Gerhana dengan segala hikmahnya.
Allohu Akbar, Maha Besar Allah swt dan Dia berkuasa atas segala sesuatu...
Sabtu, 23 April 2016
Maaf, Istriku Bukan Jadi Konsumsi Umum
"Maaf, Istriku Bukan Jadi Konsumsi Umum"
Baiknya istri kita
tidak jadi konsumsi umum, yang biasa terjadi adalah di media sosial
seperti Facebook, dan lain-lain, ada istri foto selfie sendirian, ada pula yang
memamerkan kemesraan dengan suami di medsos.
Yang terjadi pula
istri suka berdandan untuk orang lain ketika keluar rumah, sedangkan
untuk suami..?, dandannya pas-pasan, bahkan lebih senang memamerkan bau
keringat daripada kecantikannya.
Begini alasannya …
Seorang suami ketika sudah melakukan akad nikah, berarti perwalian dari
orang tua perempuan sudah berpindah padanya. Sehingga nafkah istri
sepenuhnya jadi tanggung jawab suami.
Nah … jika demikian berarti kecantikan istri secara mutlak milik suami dong..., jika demikian, apakah layak istri itu diobral, ditonton banyak orang ?, setiap orang boleh menikmati kecantikannya..?
Kalau penulis sendiri lebih senang kecantikan dan keelokan istri jadi
milik suami, bukan diumbar di depan umum, tidak pula dengan menyuruh
istri berdandan ketika keluar rumah.
Salah satu contoh istri
teladan adalah Ummu Sulaim yang memiliki nama asli Rumaysho. Meskipun
anaknya kala itu meninggal dunia, ia masih tetap berdandan cantik untuk
suaminya. Dandanannya itu spesial untuk suaminya, bukan yang lainnya.
Kisahnya sebagai berikut.
عَنْ أَنَسٍ قَالَ مَاتَ ابْنٌ لأَبِى
طَلْحَةَ مِنْ أُمِّ سُلَيْمٍ فَقَالَتْ لأَهْلِهَا لاَ تُحَدِّثُوا أَبَا
طَلْحَةَ بِابْنِهِ حَتَّى أَكُونَ أَنَا أُحَدِّثُهُ – قَالَ – فَجَاءَ
فَقَرَّبَتْ إِلَيْهِ عَشَاءً فَأَكَلَ وَشَرِبَ – فَقَالَ – ثُمَّ
تَصَنَّعَتْ لَهُ أَحْسَنَ مَا كَانَ تَصَنَّعُ قَبْلَ ذَلِكَ فَوَقَعَ
بِهَا فَلَمَّا رَأَتْ أَنَّهُ قَدْ شَبِعَ وَأَصَابَ مِنْهَا قَالَتْ يَا
أَبَا طَلْحَةَ أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ قَوْمًا أَعَارُوا عَارِيَتَهُمْ
أَهْلَ بَيْتٍ فَطَلَبُوا عَارِيَتَهُمْ أَلَهُمْ أَنْ يَمْنَعُوهُمْ قَالَ
لاَ. قَالَتْ فَاحْتَسِبِ ابْنَكَ. قَالَ فَغَضِبَ وَقَالَ تَرَكْتِنِى
حَتَّى تَلَطَّخْتُ ثُمَّ أَخْبَرْتِنِى بِابْنِى. فَانْطَلَقَ حَتَّى
أَتَى رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْبَرَهُ بِمَا كَانَ
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « بَارَكَ اللَّهُ لَكُمَا
فِى غَابِرِ لَيْلَتِكُمَا ». قَالَ فَحَمَلَتْ
Dari Anas, ia
berkata mengenai putera dari Abu Thalhah dari istrinya Ummu Sulaim. Ummu
Sulaim berkata pada keluarganya, “Jangan beritahu Abu Thalhah tentang
anaknya sampai aku yang memberitahukan padanya.”
Diceritakan
bahwa ketika Abu Thalhah pulang, istrinya Ummu Sulaim kemudian
menawarkan padanya makan malam. Suaminya pun menyantap dan meminumnya.
Kemudian Ummu Sulaim berdandan cantik yang belum pernah ia berdandan
secantik itu. Suaminya pun menyetubuhi Ummu Sulaim. Ketika Ummu Sulaim
melihat suaminya telah puas dan telah menyetubuhi dirinya, ia pun
berkata, “bagaimana pendapatmu jika ada suatu kaum meminjamkan sesuatu
kepada salah satu keluarga, lalu mereka meminta pinjaman mereka lagi,
apakah tidak dibolehkan untuk diambil ?”
Abu Thalhah menjawab, “Tidak”
Ummu Sulaim, “bersabarlah dan berusaha raih pahala karena kematian
puteramu”
Abu Thalhah lalu marah kemudian berkata, “engkau
biarkan aku tidak mengetahui hal itu hinggga aku berlumuran janabah,
lalu engkau kabari tentang kematian anakku ?”
Abu Thalhah pun
bergegas ke tempat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
mengabarkan apa yang terjadi pada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mendo’akan, “semoga Allah
memberkahi kalian berdua dalam malam kalian itu” Akhirnya, Ummu Sulaim
pun hamil lagi. (HR. Muslim no. 2144)
Kenapa dandanan istri hanya untuk suaminya, bukan jadi konsumsi umum? Lihatlah perintah Allah,
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
“dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyyah yang dahulu” (QS. Al
Ahzab: 33).
Maqatil bin Hayan mengatakan bahwa yang dimaksud berhias
diri adalah seseorang memakai khimar (kerudung) di kepalanya namun tidak
menutupinya dengan sempurna.
Dari sini terlihatlah kalung, anting dan
lehernya. Inilah yang disebut tabarruj (berhias diri) ala jahiliyyah.
Silakan kaji dari kitab Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim karya Ibnu Katsir, 6:
183 (terbitan Dar Ibnul Jauzi).
Itu tanda wanita shalihah tidaklah suka dandan keluar rumah. Dandanan cantiknya spesial untuk suaminya saja. Jika Anda -para suami- mendapati istri yang disayangi, yang selalu
menjaga kecantikannya hanya untuk suami saja, maka bersyukurlah. Karena
itulah ciri-ciri wanita terbaik sebagaimana disebut dalam hadits berikut
….
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ
النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا
أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling
menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan
tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami
benci” (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 432. Al-Hafizh Abu Thahir
menyatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Bandingkan dengan wanita
saat ini, bahkan yang sudah berhijab. Mereka lebih ingin jadi konsumsi
umum daripada untuk suaminya sendiri. Itulah bedanya wanita muslimah
dahulu yang shalihah dengan yang sekarang yang semakin rusak.