Minggu, 24 April 2016

Renungan "PANTA REI" - This Too Shall Pass


Jika kita pernah belajar Filsafat insya Allah akan kenal seorang failosof bernama Herakleitos beliau diketahui berasal dari Efesus di Asia Kecil, sekarang disebut negeri Persia atau Iran.

Ia hidup di sekitar abad ke-5 SM (540-480 SM). Ia hidup sezaman dengan Pythagoras dan Xenophanes. Pemikiran Herakleitos yang paling terkenal adalah mengenai perubahan-perubahan di alam semesta. 

Menurut Herakleitos, tidak ada satu pun hal di alam semesta yang bersifat tetap atau permanen. Tidak ada sesuatu yang betul-betul “ada”, semuanya berada di dalam proses menjadi. Ia terkenal dengan ucapannya PANTA REI KAI UDEN MENEI yang berarti, "semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap /abadi". Kata-kata Filusuf tersebut yang menegaskan Panta Rei ada relevansinya dengan kisah seorang raja sebagai berikut :

Alkisah ada seorang raja yang kaya raya dan senang sekali mengoleksi beraneka hiasan emas. Di kerajaan itu hidup seorang tukang emas yang sangat ahli, kreatif, dan bijak bestari sehingga sang raja menaruh hormat. Mengetahui tukang emas itu sudah semakin lanjut usianya, sang raja datang meminta dibuatkan cincin seindah mungkin sebagai kenangan terakhir.

Singkat cerita, tidak sampai sebulan tukang emas menghadap raja dengan menyerahkan cincin emas pesanannya itu. Sang raja sangat gembira dan memuji cincinnya yang sangat indah. Namun, ketika tukang emas hendak pamit, sang raja mengajukan satu permintaan: tolong tuliskan di cincin ini kalimat yang bisa mengingatkan pengalaman hidupmu yang membuat dirimu dihormati di istana ini.
Tukang emas merenung sepanjang jalan. Berhari-hari, berminggu-minggu dia belum menemukan kalimat itu’ kalimat apa kira-kira yang harus aku ukir dicincin sang raja, gumamnya. Dia merasa jauh lebih sulit menemukan kata-kata yang diminta sang raja ketimbang membuat cincinnya.

Setelah banyak merenung, mengamati kehidupan masyarakat di sekitarnya, dan menerawang ayat-ayat semesta, akhirnya dia tahu apa yang harus dituliskan di cincin tersebut. Bunyinya: THIS TOO SHALL PASS, “INI PUN AKAN BERLALU”. Orang Arab mengatakan, Kulluhu maasyi
Dalam bahasa Ibrani : Gam zeh yaavor. Dalam frasa Turki: Bu da gecer. Orang Yunani kuno menyebutnya : Panta Rei. Al Quran menyebutkan: Kullu man ‘alaiha faan.

Tak ada apa pun dan siapa pun yang abadi semuanya akan hilang dan musnah. Semua akan berlalu dan berpisah dari kita.

Malam Selasa tgl.14 Maret 2016 TV One, mewawancarai mantan perdana menteri Malaysia DR.Mahathir Muhammad dalam acara “Satu jam lebih dekat”, sewaktu beliau diperlihatkan gambar proses pemakaman presiden Soeharto, setelah tayangan tersebut selesai ditanya oleh si pewawancara apa kesan beliau setelah melihat itu, DR.Mahathir Muhammad sulit bicara, dari kedua matanya terlihat berkaca-kaca keluar air mata, menangis mengenang masa lalu, orang yang telah memimpin Negara sebesar ini yg saya sendiri tak mungkin mampu memimpin negeri sebesar ini katanya, beliau adalah seorang pemimpin, namun semuanya sudah berlalu dan kita akan seperti itu juga walau setinggi apapun jabatannya,…. luar biasa.”Kullu man alaiha fanin”. Tak ada apa pun dan siapa pun yang abadi. Semua akan berlalu dan berpisah dari kita.

Heraklitus menegaskan lagi "Jika kaki kita menginjak air sungai sangat mustahil bisa menginjak lagi air yang sama disungai yang sama seperti yang pernah kita injak, semuanya sudah mengalir, sudah berlalu".

Kata-kata tersebut mengingatkan kita dalam firman Allah swt, betapa kelak manusia ingin kembali ke dunia dari alam akhirat setelah wafatnya dengan alasan akan banyak berbuat kebajikan. Sayang terlambat dan sdh berlalu.

Firman-Nya : dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Tuhan-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah terlebih dahulu dan agar aku termasuk kpd kelompok orang-orang yang salih ?"  
( QS.Al-Munafiqun : 10 ).

Ayat tersebut mengingatkan agar kita tdk menyesal terhadap kesalahan masa lalu maka kita dianjurkan agar berbuat dan beramal kebajikan dari sekarang, jika masa lalu tak perlu disesasli, kemudian bagaimana kita menghadapi atau bersikap terhadap kesalahan yang telah diperbuat dimasa lalu itu ?

Apabila kita telah melakukan kekeliruan atau perbuatan dosa dimasa lalu, maka kesalahan yang diperbuat dimasa lalu tersebut tidak mungkin bisa diperbaiki hari ini,,itu semua sudah berlalu, yang ada bagaimana kita memperindah masa depan,…dan taubat mumpung masih ada kesempatan waktu. Oleh karena itu bagi orang mu’min tdk ada kamusnya hidup prustasi atau menjadi pendendam dg memperpanjang ingatan peristiwa kelam masa lalu. Semuanya sudah mengalir dan berlalu , panta rei, mari memperindah masa depan dengan berbagai kebajikan agar tidak menambah resiko beban batin dan kita akan menjadi manusia sehat lahir batin dan kelak akan mendapat pahala yang membahagiakan di alam baqa.
Mari kita renungkan bersama tentang hidup dan kehidupan ini…!

0 komentar:

Posting Komentar

About Us