Minggu, 24 April 2016

Ruh Bila Bermakna "Jiwa"


Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit" ( QS.17 Al-Isro : 85 ).

Terdapat beberapa kemungkinan tentang Ruh yang disebutkan pada ayat di atas, Ruh Hewani, Ruh Insani (jiwa-berpikir), Ruh al-Qudus atau Jibril, dan “Ruh” yang bermakna suatu makhluk yang lebih tinggi dari malaikat.

Menurut Ibnu Zakariya (w. 395 H / 1004 M) menjelaskan bahwa kata al-Ruh dan semua kata yang memiliki kata aslinya terdiri dari huruf : RA, WAWU, HA; mempunyai arti dasar BESAR, LUAS dan ASLI. Makna itu mengisyaratkan bahwa al-RUH merupakan sesuatu yang agung, besar dan mulia, baik nilai maupun kedudukannya dalam diri manusia.

Al-Raqib al-Asfahaniy (w. 503 H / 1108 M), menyatakan di antara makna al-RUH adalah al-NAFS     (JIWA manusia). Makna disini adalah dalam arti aspek atau dimensi, yaitu bahwa sebagian aspek atau dimensi jiwa manusia adalah al-Ruh, dengan Ruh itulah manusia hidup dan berakal waras.

Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik (QS. 23 : 14).

Sesungguhnya salah seorang diantara kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya dalam waktu 40 (empat puluh) hari, kemudian menjadi segumpal darah selama 40 hari, kemudian menjadi segumpal daging selama itu juga (40 hari), kemudian diutuslah Malaikat kepadanya dan ditiupkan ruhnya, kemudian diperintahkan untuk menuliskan 4 perkara; rejeki, ajal, amal perbuatan dan nasibnya celaka atau bahagia. (Perawi : Abdullah bin Mas’ud, kitab : Mu’jam Asy-Syuyukh, jilid 2, hal 764, derajat hadits : Shahih)

Tahap penciptaan manusia setelah terjadi pertemuan sperma dan ovum sampai ditiupkannya ruh adalah sebagai berikut :
1. Proses sperma menjadi segumpal darah, 40 hari.
2. Proses segumpal darah menjadi segumpal daging, 40 hari.
3. Proses segumpal daging menjadi tubuh yang lengkap, 40 hari.

Pada hari yang ke-120 ruh ditiupkan dan Allah SWT mengutus Malaikat untuk mencatatkan rejeki, waktu kematian, amal perbuatan dan nasibnya celaka atau bahagia. 4 (empat) perkara ini sengaja dirahasiakan agar manusia tetap berusaha menjadi yang terbaik.

Namun demikian masalah Ruh adalah tetap merupakan sesuatu yang misteri sebagaimana al-Qur’an menegaskan bahwa masalah Ruh adalah semata urusan-Ku sebagai yg tersebut dalam QS.17 : 85, demikian firman Allah swt. Namun dalam tulisan ini saya tarik pada pengertian Jiwa yang ada dalam Raga kita yang memberi energi hidup pada setiap Insan.

Hadits Abu Hurairoh r.a, bersabda: “AL-ARWAH JUNUDUN MUJANNADAH, FAMA TA’AROFA MINHA I’TALAFA, WAMA TANAKARO MINHA IKHTALAFA”.

"Ruh-ruh atau jiwa-jiwa itu bagaikan tentara yang tersusun. Jika saling mengenal maka akan bersatu, dan jika saling mengingkari maka akan berpisah" [HR. Bukhori-Muslim]

Menurut Psikolog hadits tersebut memberi makna bahwa arwah atau Ruh atau jiwa itu apabila ada kecocokan antara satu dengan yang lain pasti akan bersatu akan berkumpul bersama, namun apabila jiwa saling bertentangan antara satu dg lainnya pasti tidak akan bersatu, hal tersebut terjadi baik kelak di akhirat maupun kini di dunia sewaktu masih bersatu dengan badan. Oleh sebab itu ini memberikan makna bahwa jiwa yang ada dalam diri kita akan menyatu dengan yang lainnya apabila memiliki kecocokan atau kesamaan dan akan bercerai apabila jiwa yang ada dalam raga kita tidak saling mengenal.
Orang yang memiliki jiwa jahat otomatis akan berkumpul dengan manusia yang jiwanya jahat, demikian pula orang yang memiliki jiwa yang baik akan berkumpul juga bersama dengan orang yang berjiwa baik.
Pepatah Inggris mengatakan, “bird of a feather flock together”, burung yang bulunya sama akan berkumpul ditempat yang sama.

Jika kita perhatikan tayangan-tayangan di TV mengenai kehidupan burung, mereka-burung- berjejer dan berkumpul dengan sesama yang bulunya sama, saling berkasihan, saling canda dan bermesraan serta saling membantu dalam satu paguyuban, itu mengingatkan kita sebagai “ibrotun li ulil albab” sebagai ibroh/suritauladan bagi yang memiliki akal sehat dan menambah taqwa kepada Allah swt.

Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut kepada Tuhannya    (QS.89 An-Nazi’at : 26).
Orang yang jiwanya menyatu/ada kecocokan walau berjauhan dengan siapapun, maka yang jauh itu tetap terasa dekat karena satu jiwa, sebaliknya jika kita berkumpul disatu tempat tapi kalau antara satu dengan lainya tidak satu jiwa maka tetap akan terasa jauh dan asing.
Yang berjiwa al-haq akan berkumpul dg yang berjiwa al-haq dan yang berjiwa bathil akan berkumpul dan menyatu bersama dengan yang bathil, para Munafiqin dan Kafirin akan berkumpul dg sesamanya …dan seterusnya…dan seterusnya.
Ikhwah/Sudara se-Iman, se-Idiologi , Seperjuangan dan secita-cita akan menyatu dan berkumpul bersama baik dekat maupun jauh, tapi bagi mereka yang tidak Sejiwa pasti akan berjauhan dan berpisah, tergantung kecenderungan jiwanya masing-masing.
“ Burung yang bulunya sama akan berkumpul ditempat yang sama”.

0 komentar:

Posting Komentar

About Us