Minggu, 24 April 2016

Ruh Bila Bermakna "Jiwa"


Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit" ( QS.17 Al-Isro : 85 ).

Terdapat beberapa kemungkinan tentang Ruh yang disebutkan pada ayat di atas, Ruh Hewani, Ruh Insani (jiwa-berpikir), Ruh al-Qudus atau Jibril, dan “Ruh” yang bermakna suatu makhluk yang lebih tinggi dari malaikat.

Menurut Ibnu Zakariya (w. 395 H / 1004 M) menjelaskan bahwa kata al-Ruh dan semua kata yang memiliki kata aslinya terdiri dari huruf : RA, WAWU, HA; mempunyai arti dasar BESAR, LUAS dan ASLI. Makna itu mengisyaratkan bahwa al-RUH merupakan sesuatu yang agung, besar dan mulia, baik nilai maupun kedudukannya dalam diri manusia.

Al-Raqib al-Asfahaniy (w. 503 H / 1108 M), menyatakan di antara makna al-RUH adalah al-NAFS     (JIWA manusia). Makna disini adalah dalam arti aspek atau dimensi, yaitu bahwa sebagian aspek atau dimensi jiwa manusia adalah al-Ruh, dengan Ruh itulah manusia hidup dan berakal waras.

Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik (QS. 23 : 14).

Sesungguhnya salah seorang diantara kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya dalam waktu 40 (empat puluh) hari, kemudian menjadi segumpal darah selama 40 hari, kemudian menjadi segumpal daging selama itu juga (40 hari), kemudian diutuslah Malaikat kepadanya dan ditiupkan ruhnya, kemudian diperintahkan untuk menuliskan 4 perkara; rejeki, ajal, amal perbuatan dan nasibnya celaka atau bahagia. (Perawi : Abdullah bin Mas’ud, kitab : Mu’jam Asy-Syuyukh, jilid 2, hal 764, derajat hadits : Shahih)

Tahap penciptaan manusia setelah terjadi pertemuan sperma dan ovum sampai ditiupkannya ruh adalah sebagai berikut :
1. Proses sperma menjadi segumpal darah, 40 hari.
2. Proses segumpal darah menjadi segumpal daging, 40 hari.
3. Proses segumpal daging menjadi tubuh yang lengkap, 40 hari.

Pada hari yang ke-120 ruh ditiupkan dan Allah SWT mengutus Malaikat untuk mencatatkan rejeki, waktu kematian, amal perbuatan dan nasibnya celaka atau bahagia. 4 (empat) perkara ini sengaja dirahasiakan agar manusia tetap berusaha menjadi yang terbaik.

Namun demikian masalah Ruh adalah tetap merupakan sesuatu yang misteri sebagaimana al-Qur’an menegaskan bahwa masalah Ruh adalah semata urusan-Ku sebagai yg tersebut dalam QS.17 : 85, demikian firman Allah swt. Namun dalam tulisan ini saya tarik pada pengertian Jiwa yang ada dalam Raga kita yang memberi energi hidup pada setiap Insan.

Hadits Abu Hurairoh r.a, bersabda: “AL-ARWAH JUNUDUN MUJANNADAH, FAMA TA’AROFA MINHA I’TALAFA, WAMA TANAKARO MINHA IKHTALAFA”.

"Ruh-ruh atau jiwa-jiwa itu bagaikan tentara yang tersusun. Jika saling mengenal maka akan bersatu, dan jika saling mengingkari maka akan berpisah" [HR. Bukhori-Muslim]

Menurut Psikolog hadits tersebut memberi makna bahwa arwah atau Ruh atau jiwa itu apabila ada kecocokan antara satu dengan yang lain pasti akan bersatu akan berkumpul bersama, namun apabila jiwa saling bertentangan antara satu dg lainnya pasti tidak akan bersatu, hal tersebut terjadi baik kelak di akhirat maupun kini di dunia sewaktu masih bersatu dengan badan. Oleh sebab itu ini memberikan makna bahwa jiwa yang ada dalam diri kita akan menyatu dengan yang lainnya apabila memiliki kecocokan atau kesamaan dan akan bercerai apabila jiwa yang ada dalam raga kita tidak saling mengenal.
Orang yang memiliki jiwa jahat otomatis akan berkumpul dengan manusia yang jiwanya jahat, demikian pula orang yang memiliki jiwa yang baik akan berkumpul juga bersama dengan orang yang berjiwa baik.
Pepatah Inggris mengatakan, “bird of a feather flock together”, burung yang bulunya sama akan berkumpul ditempat yang sama.

Jika kita perhatikan tayangan-tayangan di TV mengenai kehidupan burung, mereka-burung- berjejer dan berkumpul dengan sesama yang bulunya sama, saling berkasihan, saling canda dan bermesraan serta saling membantu dalam satu paguyuban, itu mengingatkan kita sebagai “ibrotun li ulil albab” sebagai ibroh/suritauladan bagi yang memiliki akal sehat dan menambah taqwa kepada Allah swt.

Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut kepada Tuhannya    (QS.89 An-Nazi’at : 26).
Orang yang jiwanya menyatu/ada kecocokan walau berjauhan dengan siapapun, maka yang jauh itu tetap terasa dekat karena satu jiwa, sebaliknya jika kita berkumpul disatu tempat tapi kalau antara satu dengan lainya tidak satu jiwa maka tetap akan terasa jauh dan asing.
Yang berjiwa al-haq akan berkumpul dg yang berjiwa al-haq dan yang berjiwa bathil akan berkumpul dan menyatu bersama dengan yang bathil, para Munafiqin dan Kafirin akan berkumpul dg sesamanya …dan seterusnya…dan seterusnya.
Ikhwah/Sudara se-Iman, se-Idiologi , Seperjuangan dan secita-cita akan menyatu dan berkumpul bersama baik dekat maupun jauh, tapi bagi mereka yang tidak Sejiwa pasti akan berjauhan dan berpisah, tergantung kecenderungan jiwanya masing-masing.
“ Burung yang bulunya sama akan berkumpul ditempat yang sama”.

"Pemimpin" Bukan "Pemangku Jabatan...?"

Apa beda Pemimpin dengan Pemangku Jabatan (PJ), demikan pertanyaan yg cukup sederhana, jawabannya tentu beda

Dalam situasi kritis cukup sulit mencari Pemimpin namun mudah menemukan Pemangku Jabatan. Pemimpin itu tidak ada sekolahnya sedang Pemangku Jabatan (PJ) melalui pendidikan formal dan ditentukan oleh secarik kertas berupa SK. Yang termasuk Pemangku Jabatan ; Manajer, Direktur, Dirjen, Irjen, Kepala .

Pemangku Jabatan adalah mereka yang pandai menjaga, bekerja dan memelihara system yang ada, sangat patuh pada atasan, orentasinya hari ini dan disini ( here and Now ), menciptakan kesetiaan pengikut dan dasarnya kompetensi dan profesionalisme. Mereka yang bermentalkan Pemangku Jabatan berkecenderungan akan sangat takut kepada mereka yang memiliki kecenderungan menjadi pemimpin. 

Karakter mental Pemangku Jabatan akan mengontrol ketat dan akan beruapaya sekuat tenaga untuk menciptakan bawahan yang super ta’at. Beda dengan Pemimpin akan selalu menciptakan pikiran segar, mencerdaskan pengikut, berjiwa bebas dan kreatif, merdeka dan senantiasa menciptakan gagasan baru. Pemimpin hidupnya selalu gelisah memikirkan orang banyak, bukan orang banyak yang dipaksa harus memikirkan dirinya sebgaimana karakter PJ.

Kelompok Pemangku Jabatan biasa akan menghalalkan segala cara yang penting bagi mereka Posisi Jabatan, uang sogok, penjilat dan penuh dengan kepura-puraan shalih. Berbagai jabatan dirangkap/dipegang yang penting prestise bukan prestasi dan siap dikendali oleh siapapun sekalipun oleh orang bodoh yang penting jabatan.
Di negeri ini dizaman reformasi yang seharusnya lebih rasional ternyata rangkap jabatan dilakukan oleh mereka yang memiliki pendidikan tinggi, pernah terjadi seorang yang menjabat sebagai Kepala Pemerintahan/Presiden merangkap jabatan dengan ketua parpol dan yang sejenisnya disebahagian kelompok masih berlaku sampai hari ini.

Pemimpin itu pasti seorang Pembaharu, memiliki gagasan cerdas, memandang jauh ke depan dan berjiwa Perubah, berani merubah system kepada yg lebih baik, siap menanggung resiko, berani menghadapi tantangan berani salah untuk perbaikan, bebas tapi disiplin, kreatif dan tidak terlalu memikirkan posisi, apabila jatuh bangun kembali, jatuh bangun kembali tak ada kamus prustasi selama jiwa dikandung badan, itu pemimpin.

Beda dengan karakter Pemangku Jabatan biasanya mereka jika berkuasa mengatur taktik dengan cara manipulasi anggota bawahan agar langgeng dalam kekuasannya, suka aji mumpung suka “beberengkes”persiapan untuk pensiun, sedang seorang pemimpin tidak ada istilah pensiun.

Biasanya yang terjadi Pemimpin yg berjiwa Pembaharu sudah dipastikan akan berhadapan dengan penghadangan dan Penjegal pemelihara puasaka lama, yang senantiasa tdk menginginkan perubahan dan sangat tabu akan pembaharuan malah menganggap suatu pekerjaan dosa besar jika ada progres, dan para penjegal tersebut dipastikan diseponsori oleh mereka yang berjiwa Pemangku Jabatan yg kerjanya mengincar posisi dan takut akan perubahan dan pembaharuan karena kepentingannya akan terganggu.

Begitu gagasan segar melalui hasil "Iqronya" dilontarkan atas perubahan aqidah, ibadat dan tatanan social oleh Nabi saw kpd ummatnya spontan rame-rame menolak, melawan bahkan mengancam membunuh, mereka ta’at mempertahankan status quo jahiliyahnya.

Allah swt mengaskan dalam firman-Nya, yg artinya : apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". mereka menjawab: "Cukuplah untuk Kami apa yang Kami dapati bapak-bapak Kami mengerjakannya". dan Apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk ? ( QS.5 : 104 ).

Dalam perjalanan hidup manusia, baik berupa lembaga, organisasi atau pemerintahan situasi dan kondisi tersebut tadi akan selalu terjadi, mana kelompok yang memerlukan pemimpin dan mana kelompok yang akan melestarikan system dalam bentuk Pemangku Jabatan.

Memang hidup berkelompok adalah sunnatulloh, orang Inggris mengatakan dalam pepatahnya ; “Bird of a Feather Flock Together” (burung yang bulunya sama akan berkumpul ditempat yang sama).
Semoga negeri ini senantiasa diberi hidayah dan inayah Allah swt. Amin.

Renungan "PANTA REI" - This Too Shall Pass


Jika kita pernah belajar Filsafat insya Allah akan kenal seorang failosof bernama Herakleitos beliau diketahui berasal dari Efesus di Asia Kecil, sekarang disebut negeri Persia atau Iran.

Ia hidup di sekitar abad ke-5 SM (540-480 SM). Ia hidup sezaman dengan Pythagoras dan Xenophanes. Pemikiran Herakleitos yang paling terkenal adalah mengenai perubahan-perubahan di alam semesta. 

Menurut Herakleitos, tidak ada satu pun hal di alam semesta yang bersifat tetap atau permanen. Tidak ada sesuatu yang betul-betul “ada”, semuanya berada di dalam proses menjadi. Ia terkenal dengan ucapannya PANTA REI KAI UDEN MENEI yang berarti, "semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap /abadi". Kata-kata Filusuf tersebut yang menegaskan Panta Rei ada relevansinya dengan kisah seorang raja sebagai berikut :

Alkisah ada seorang raja yang kaya raya dan senang sekali mengoleksi beraneka hiasan emas. Di kerajaan itu hidup seorang tukang emas yang sangat ahli, kreatif, dan bijak bestari sehingga sang raja menaruh hormat. Mengetahui tukang emas itu sudah semakin lanjut usianya, sang raja datang meminta dibuatkan cincin seindah mungkin sebagai kenangan terakhir.

Singkat cerita, tidak sampai sebulan tukang emas menghadap raja dengan menyerahkan cincin emas pesanannya itu. Sang raja sangat gembira dan memuji cincinnya yang sangat indah. Namun, ketika tukang emas hendak pamit, sang raja mengajukan satu permintaan: tolong tuliskan di cincin ini kalimat yang bisa mengingatkan pengalaman hidupmu yang membuat dirimu dihormati di istana ini.
Tukang emas merenung sepanjang jalan. Berhari-hari, berminggu-minggu dia belum menemukan kalimat itu’ kalimat apa kira-kira yang harus aku ukir dicincin sang raja, gumamnya. Dia merasa jauh lebih sulit menemukan kata-kata yang diminta sang raja ketimbang membuat cincinnya.

Setelah banyak merenung, mengamati kehidupan masyarakat di sekitarnya, dan menerawang ayat-ayat semesta, akhirnya dia tahu apa yang harus dituliskan di cincin tersebut. Bunyinya: THIS TOO SHALL PASS, “INI PUN AKAN BERLALU”. Orang Arab mengatakan, Kulluhu maasyi
Dalam bahasa Ibrani : Gam zeh yaavor. Dalam frasa Turki: Bu da gecer. Orang Yunani kuno menyebutnya : Panta Rei. Al Quran menyebutkan: Kullu man ‘alaiha faan.

Tak ada apa pun dan siapa pun yang abadi semuanya akan hilang dan musnah. Semua akan berlalu dan berpisah dari kita.

Malam Selasa tgl.14 Maret 2016 TV One, mewawancarai mantan perdana menteri Malaysia DR.Mahathir Muhammad dalam acara “Satu jam lebih dekat”, sewaktu beliau diperlihatkan gambar proses pemakaman presiden Soeharto, setelah tayangan tersebut selesai ditanya oleh si pewawancara apa kesan beliau setelah melihat itu, DR.Mahathir Muhammad sulit bicara, dari kedua matanya terlihat berkaca-kaca keluar air mata, menangis mengenang masa lalu, orang yang telah memimpin Negara sebesar ini yg saya sendiri tak mungkin mampu memimpin negeri sebesar ini katanya, beliau adalah seorang pemimpin, namun semuanya sudah berlalu dan kita akan seperti itu juga walau setinggi apapun jabatannya,…. luar biasa.”Kullu man alaiha fanin”. Tak ada apa pun dan siapa pun yang abadi. Semua akan berlalu dan berpisah dari kita.

Heraklitus menegaskan lagi "Jika kaki kita menginjak air sungai sangat mustahil bisa menginjak lagi air yang sama disungai yang sama seperti yang pernah kita injak, semuanya sudah mengalir, sudah berlalu".

Kata-kata tersebut mengingatkan kita dalam firman Allah swt, betapa kelak manusia ingin kembali ke dunia dari alam akhirat setelah wafatnya dengan alasan akan banyak berbuat kebajikan. Sayang terlambat dan sdh berlalu.

Firman-Nya : dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Tuhan-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah terlebih dahulu dan agar aku termasuk kpd kelompok orang-orang yang salih ?"  
( QS.Al-Munafiqun : 10 ).

Ayat tersebut mengingatkan agar kita tdk menyesal terhadap kesalahan masa lalu maka kita dianjurkan agar berbuat dan beramal kebajikan dari sekarang, jika masa lalu tak perlu disesasli, kemudian bagaimana kita menghadapi atau bersikap terhadap kesalahan yang telah diperbuat dimasa lalu itu ?

Apabila kita telah melakukan kekeliruan atau perbuatan dosa dimasa lalu, maka kesalahan yang diperbuat dimasa lalu tersebut tidak mungkin bisa diperbaiki hari ini,,itu semua sudah berlalu, yang ada bagaimana kita memperindah masa depan,…dan taubat mumpung masih ada kesempatan waktu. Oleh karena itu bagi orang mu’min tdk ada kamusnya hidup prustasi atau menjadi pendendam dg memperpanjang ingatan peristiwa kelam masa lalu. Semuanya sudah mengalir dan berlalu , panta rei, mari memperindah masa depan dengan berbagai kebajikan agar tidak menambah resiko beban batin dan kita akan menjadi manusia sehat lahir batin dan kelak akan mendapat pahala yang membahagiakan di alam baqa.
Mari kita renungkan bersama tentang hidup dan kehidupan ini…!

Memelihara Jenggot/Janggut



Janggut/Jenggot (LIHYAH) adalah rambut yang tumbuh pada kedua pipi dan dagu. 
Jadi, semua rambut yang tumbuh pada dagu, di bawah dua tulang rahang bawah, pipi, dan sisi-sisi pipi disebut lihyah (jenggot/janggut) kecuali kumis. (Lihat Minal Hadin Nabawi I’faul Liha, ‘Abdullah bin Abdul Hamid dengan edisi terjemahan ‘Jenggot Yes, Isbal No’, hal. 17)

Dari Anas bin Malik - pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam– mengatakan, ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah laki-laki yang berperawakan terlalu tinggi dan tidak juga pendek. Kulitnya tidaklah putih sekali dan tidak juga coklat. Rambutnya tidak keriting dan tidak lurus( ombak banyu, sunda). Allah mengutus beliau sebagai Rasul di saat beliau berumur 40 tahun, lalu tinggal di Makkah selama 10 tahun. Kemudian tinggal di Madinah selama 10 tahun pula, lalu wafat di penghujung umur tahun enam puluhan. Di kepala serta jenggotnya hanya terdapat 20 helai rambut yang sudah putih.” (Lihat Mukhtashor Syama’il Al Muhammadiyyah, Muhammad Nashirudin Al Albani, hal. 13, Al Maktabah Al Islamiyyah Aman-Yordan. Beliau katakan hadits ini shohih)

Hadit-Hadits Memelihara Jenggot/Jangut :

Hadits pertama, dari Ibnu Umar radhiyallahu‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pendekanlah kumis dan biarkanlah (peliharalah) jenggot” (HR. Muslim no. 623).

Hadits kedua, dari Ibnu Umar radhiyallahu‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Selisihilah orang-orang musyrik. Potong pendekanlah kumis dan biarkanlah jenggot” (HR. Muslim no. 625).

Hadits ketiga, dari Ibnu Umar radhiyallahu‘anhuma, beliau berkata, “Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk memotong pendek kumis dan membiarkan (memelihara) jenggot” (HR. Muslim no. 624).

Hadits keempat, dari Abu Huroiroh radhiyallahu‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pendekkanlah kumis dan biarkanlah (perihalah) jenggot dan selisihilah Majusi” (HR. Muslim no. 626)

Hadits kelima, dari Ibnu Umar radhiyallahu‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Cukur dg rapi kumis dan biarkanlah (peliharalah) jenggot” (HR. Bukhari no. 5893).

Hadits keenam, dari Ibnu Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Selisihilah orang-orang musyrik. Biarkanlah jenggot dan pendekkanlah kumis” (HR. Bukhari no. 5892).

Semua lafazh tersebut bermakna membiarkan jenggot tersebut sebagaimana adanya. (Lihat Syarh An Nawawi ‘alam Muslim, 1/416, Mawqi’ Al Islam-Maktabah Syamilah 5)

Di samping hadits-hadits yang menggunakan kata perintah di atas, memelihara jenggot juga merupakan sunnah fithroh. 

Dari Ummul Mukminin, Aisyah radhiyallahu‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,: “Ada sepuluh macam fitroh, yaitu memendekkan kumis, memelihara jenggot, bersiwak, istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung,-pen), memotong kuku, membasuh persendian, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, istinja’ (cebok) dengan air” (HR. Muslim no. 627)

Memelihara dan membiarkan jenggot merupakan sunnah rasul saw tapi tidak wajib, yang menjadi permasalahan ada sebahagian pendapat ekstrim mewajibkan seolah yang tidak berjenggot dituding tidak sesuai dg syari’at Islam.

Oleh sebab itu jika kita memperhatikan dan mendalami hadits-hadits tsb di atas dapat disimpulkan :
  1. Memelihara jenggot adalah sunnah Rasul, menggunting/memendekkan kumis – bukan mencukur kumis, juga sunnah.Oleh karena itu yg dikaruniai jenggot atau kumis hendaknya merapikan dg baik jangan kelihatan semrawut tidak karuan lagi tak terurus.
  2. Maksud Rasul saw memelihara jenggot dan memendekkan kumis untuk membedakan mana msulim mana kelompok kaum musyrikin sa’at itu. Ibnu Hajar menyatakan bahwa orang-orang Majusi ada yang memotong pendek jenggot mereka dan ada juga yang mencukurnya habis (Fathul Bari [10/349]).dari hadits tsb Nabi saw memerintahkan agar kaum muslimin berbeda dengan Majusi yg tidak suka memelihara jenggot. 
  3. Bagi laki-laki yg tidk subur rambut jenggotnya tidak berarti keluar dari syari’at karena sudah dari sononya ditakdirkan Alloh diciptakan seperti itu. Jadi, bagi yang memang dari sononya tidak punya jenggot, tidak usah sedih, dan tidak usah juga membeli penumbuh jenggot berharga mahal untuk merealisasikan perintah Nabi ini. Perintah memelihara jenggot ini hanya untuk yang dikaruniai jenggot oleh Allah ta’ala.
  4. Bagi yang berjenggot tidak perlu merasa paling taqwa dan tidak perlu memaksa serta mewajibkan kpd orang lain untuk berjenggot karena hal tsb hanya sunnah, yang wajib itu memelihara anak yatim dan menyantuni fakir miskin serta membangun peradaban Islam untuk mencapai kejayaan Islam.
  5. Bagi yg tidak berjenggot dan yg tidak senang memelihara jenggot tidak perlu mencela kpd orang yang berjenggot karena memelihara jenggot adalah sunnah Rasul saw.
  6. Permasalahan besar masa kini bukan harus memperebutkan dan memperdebatkan jenggot apa wajib atau sunnah, tapi bagaimana ummat Islam menghilangkan penyakit yg tumbuh subur dalam jiwanya, yakni penyakit perpecahan, penyakit iri dengki, kebodohan dan ketertinggalan serta kemiskinan yang ada dalam masyarakat Islam di dunia.
Wallohu a’lam Bis-Showwab.

Dua Yang Di Sukai Allah SWT

 
Al- Faqih Abu Laits Samarqondi dalam tulisannya menegaskan serba dua hal yang disukai Allah Swt bersumber dari Syeikh Aban Bin Sholih, Umair dan Anas Bin Malik, yakni :

  • Tiada KEKANGAN yang lebih disenangi Allah swt kecuali dua perkara :
          Pertama : Orang yang mampu mengekang amarah/emosi dengan penuh kesabaran.
          Kedua    : Mengekang Mushibah tiada prustasi atas mushibah tersebut dengan kesabaran pula.
  • Tiada TETESAN yang sebih disukai Allah swt kecuali dua tetesan :
          Pertama : Tetesan darah ketika melakukan jihad dalam rangka menegakkan agama Allah
          Kedua    : Tetesan air mata ketika sujud tengah malam sunyi senyap sedang sa’at itu
                           orang-orang sedang tidur nyenyak.

  • Tiada LANGKAH yang disenangi Allah swt kecuali dua langkah :
          Pertama : Langkah menuju masjid untuk melakukan shalat berjama’ah
          Kedua    : Langkah bersilaturahmi untuk menyambungkan persaudaraan.

Gerhana


Gerhana adalah peristiwa tertutupnya sebuah objek disebabkan adanya benda/objek yang melintas di depannya. Kedua objek yang terlibat dalam gerhana ini memiliki ukuran yang hampir sama jika diamati dari Bumi. Contohnya gerhana Matahari dan gerhana Bulan.

GERHANA MATAHARI terjadi saat posisi bulan terletak di antara Bumi & Matahari sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya Matahari. Meskipun Bulan berukuran lebih kecil, bayangan Bulan mampu melindungi cahaya Matahari sepenuhnya karena Bulan yang berjarak rata-rata jarak 384.400 kilometer dari Bumi lebih dekat dibandingkan Matahari yang mempunyai jarak rata-rata 149.680.000/ 150 Jt. kilometer dari planet bumi. Menurut ilmuwan dalam bidangnya Gerhana Matahari Total akan terjadi 350 th sekali.Wallohu a'lam.

GERHANA BULAN terjadi jika bulan dalam peredarannya masuk ke umbra bumi, sebagian atau seluruhnya. Jika bulan berada dalam penumbra bumi, bulan tampak samar-samar; jika sebagaian bulan masuk ke umbra bumi, terjadi gerhana bulan sebagian; jika seluruh bulan masuk ke umbra bumi, terjadi gerhana bulan total. Lama seluruh gerhana bulan dapat berlangsung kira-kira 6 jam, tetapi gerhana bulan total hanya berlangsung kira-kira satu jam empat puluh menit. Sebagaimana bumi, bulan juga menghasilkan umbra dan penumbra jika terkena sinar matahari. 

Ada dua jenis Gerhana yakni Gerhana Bulan dan Matahari, keduanya bisa total juga bisa parsial. 


 Nabi saw bersabda :
Dari Al-Mughiroh Bin Syu’bah beliau berkata; "Matahari mengalami gerhana di hari wafatnya Ibrahim (putra Rasulullah SAW). Maka orang-orang berkata; Dia (matahari) mengalami gerhana karena kematian Ibrahim (putra Rasul saw dari Mariyah al-Qibtiyah). Maka Rasulullah SAW bersabda; Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua ayat di antara ayat-ayat Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihatnya, maka berdoalah, dan Shalatlah sampai terang (normal) kembali” (H.R.Bukhari)

Dalam riwayat lain jika terjadi Gerhana, dianjurkan berdo’a, Istigfar, takbir dan bersedekah, kemudian shalat. Gerhana dalam penomena alam merupakan sunnatulloh dan memberikan tadzkiroh kepada kita ummat manusia betapa Allah itu Maha Kuasa, makanya dianjurkan melakukan sebagaimana dalam hadist tersebut, bukan memukul-mukul benda, wanita hamil disuruh masuk kolong (kolong rumah, bangku, resbang, meja dan semacamnya) lalu dimandikan/diguyur air atau dikumandangkan adzan dan bukan pula Bulan atau Matahari dalam peristiwa Gerhana tersebut. ditelan ular naga sebagaimana kepercayaan animis dahulu.

Hendaknya ummat Islam kembali kepada ajaran yang benar yang bersumber kepada al-Qur’an dan as-Sunnah Rasul saw, bukan kembali kepada keyakinan "buhun" yang penuh dengan tahayul dan khurafat.

Shalat Gerhana dua raka’at, dalam raka’at pertama dua kali ruku, demikian pula dalam raka’at kedua dua kali ruku. 
Setelah ruku pertama berdiri I’tidal dan langsung melanjutkan bacaan al-Qur’an bukan Fatihah, sebab Fatihah cukup satu kali dalam setiap raka’at, setelah ruku yg kedua lalu berdiri I’tidal untuk sujud demikian juga dalam raka’at kedua sama dengan raka’at pertama tadi dan duduk tahiyat lalu salam.

Setelah selesai shalat yang dua raka’at tadi kemudian imam khutbah sesuai dengan tema terjadinya peristiwa sunnatulloh tentang Gerhana dengan segala hikmahnya.

Allohu Akbar, Maha Besar Allah swt dan Dia berkuasa atas segala sesuatu...

Sabtu, 23 April 2016

Maaf, Istriku Bukan Jadi Konsumsi Umum


"Maaf, Istriku Bukan Jadi Konsumsi Umum"

Baiknya istri kita tidak jadi konsumsi umum, yang biasa terjadi adalah di media sosial seperti Facebook, dan lain-lain, ada istri foto selfie sendirian, ada pula yang memamerkan kemesraan dengan suami di medsos.

Yang terjadi pula istri suka berdandan untuk orang lain ketika keluar rumah, sedangkan untuk suami..?, dandannya pas-pasan, bahkan lebih senang memamerkan bau keringat daripada kecantikannya.

Begini alasannya …

Seorang suami ketika sudah melakukan akad nikah, berarti perwalian dari orang tua perempuan sudah berpindah padanya. Sehingga nafkah istri sepenuhnya jadi tanggung jawab suami.

Nah … jika demikian berarti kecantikan istri secara mutlak milik suami dong..., jika demikian, apakah layak istri itu diobral, ditonton banyak orang ?, setiap orang boleh menikmati kecantikannya..?

Kalau penulis sendiri lebih senang kecantikan dan keelokan istri jadi milik suami, bukan diumbar di depan umum, tidak pula dengan menyuruh istri berdandan ketika keluar rumah.
Salah satu contoh istri teladan adalah Ummu Sulaim yang memiliki nama asli Rumaysho. Meskipun anaknya kala itu meninggal dunia, ia masih tetap berdandan cantik untuk suaminya. Dandanannya itu spesial untuk suaminya, bukan yang lainnya. Kisahnya sebagai berikut.

عَنْ أَنَسٍ قَالَ مَاتَ ابْنٌ لأَبِى طَلْحَةَ مِنْ أُمِّ سُلَيْمٍ فَقَالَتْ لأَهْلِهَا لاَ تُحَدِّثُوا أَبَا طَلْحَةَ بِابْنِهِ حَتَّى أَكُونَ أَنَا أُحَدِّثُهُ – قَالَ – فَجَاءَ فَقَرَّبَتْ إِلَيْهِ عَشَاءً فَأَكَلَ وَشَرِبَ – فَقَالَ – ثُمَّ تَصَنَّعَتْ لَهُ أَحْسَنَ مَا كَانَ تَصَنَّعُ قَبْلَ ذَلِكَ فَوَقَعَ بِهَا فَلَمَّا رَأَتْ أَنَّهُ قَدْ شَبِعَ وَأَصَابَ مِنْهَا قَالَتْ يَا أَبَا طَلْحَةَ أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ قَوْمًا أَعَارُوا عَارِيَتَهُمْ أَهْلَ بَيْتٍ فَطَلَبُوا عَارِيَتَهُمْ أَلَهُمْ أَنْ يَمْنَعُوهُمْ قَالَ لاَ. قَالَتْ فَاحْتَسِبِ ابْنَكَ. قَالَ فَغَضِبَ وَقَالَ تَرَكْتِنِى حَتَّى تَلَطَّخْتُ ثُمَّ أَخْبَرْتِنِى بِابْنِى. فَانْطَلَقَ حَتَّى أَتَى رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْبَرَهُ بِمَا كَانَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « بَارَكَ اللَّهُ لَكُمَا فِى غَابِرِ لَيْلَتِكُمَا ». قَالَ فَحَمَلَتْ

Dari Anas, ia berkata mengenai putera dari Abu Thalhah dari istrinya Ummu Sulaim. Ummu Sulaim berkata pada keluarganya, “Jangan beritahu Abu Thalhah tentang anaknya sampai aku yang memberitahukan padanya.”

Diceritakan bahwa ketika Abu Thalhah pulang, istrinya Ummu Sulaim kemudian menawarkan padanya makan malam. Suaminya pun menyantap dan meminumnya. Kemudian Ummu Sulaim berdandan cantik yang belum pernah ia berdandan secantik itu. Suaminya pun menyetubuhi Ummu Sulaim. Ketika Ummu Sulaim melihat suaminya telah puas dan telah menyetubuhi dirinya, ia pun berkata, “bagaimana pendapatmu jika ada suatu kaum meminjamkan sesuatu kepada salah satu keluarga, lalu mereka meminta pinjaman mereka lagi, apakah tidak dibolehkan untuk diambil ?
Abu Thalhah menjawab, “Tidak” Ummu Sulaim, “bersabarlah dan berusaha raih pahala karena kematian puteramu
Abu Thalhah lalu marah kemudian berkata, “engkau biarkan aku tidak mengetahui hal itu hinggga aku berlumuran janabah, lalu engkau kabari tentang kematian anakku ?
Abu Thalhah pun bergegas ke tempat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengabarkan apa yang terjadi pada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mendo’akan, “semoga Allah memberkahi kalian berdua dalam malam kalian itu” Akhirnya, Ummu Sulaim pun hamil lagi. (HR. Muslim no. 2144)

Kenapa dandanan istri hanya untuk suaminya, bukan jadi konsumsi umum? Lihatlah perintah Allah,

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyyah yang dahulu” (QS. Al Ahzab: 33). 

Maqatil bin Hayan mengatakan bahwa yang dimaksud berhias diri adalah seseorang memakai khimar (kerudung) di kepalanya namun tidak menutupinya dengan sempurna. 
Dari sini terlihatlah kalung, anting dan lehernya. Inilah yang disebut tabarruj (berhias diri) ala jahiliyyah. Silakan kaji dari kitab Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim karya Ibnu Katsir, 6: 183 (terbitan Dar Ibnul Jauzi).

Itu tanda wanita shalihah tidaklah suka dandan keluar rumah. Dandanan cantiknya spesial untuk suaminya saja. Jika Anda -para suami- mendapati istri yang disayangi, yang selalu menjaga kecantikannya hanya untuk suami saja, maka bersyukurlah. Karena itulah ciri-ciri wanita terbaik sebagaimana disebut dalam hadits berikut ….

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ

Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 432. Al-Hafizh Abu Thahir menyatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

Bandingkan dengan wanita saat ini, bahkan yang sudah berhijab. Mereka lebih ingin jadi konsumsi umum daripada untuk suaminya sendiri. Itulah bedanya wanita muslimah dahulu yang shalihah dengan yang sekarang yang semakin rusak.

Musyawaroh Mufaqot



MUSYAWAROH MUFAQOT

Dalam al-Qur’an ada nama surat asy-Syuro, surat ke 42 dan kata SYURO terdapat dalam ayat 38, “SYURO” artinya musyawarah atau rembukan.

Kata Musyawarah berasal dari bahasa Arab dari “SYAWARO”, asal maknanya mengeluarkan / memeras madu dari sarang lebah.

Madu yang berasal dari Lebah bukan hanya manis dan segar rasanya tapi juga jadi obat berbagai penyakit yang menyehatkan dan madu tersebut menjadi minuman kesenangan Nabi saw. Lebah hidupnya selalu berkelompok, disiplin tinggi, toleran sesama kelompoknya dan sengatannya bisa jadi obat, tapi dengan kawan-kawannya lebah tsb tidak saling sengat menyengat yang ada saling membantu saling bela dan saling menjaga kekompakan.

Jadi apabila kita ber-Musyawaroh hendaknya mampu meracik, mengolah dan memeras berbagai masalah sehingga menghasilkan keputusan bagaikan madu yang manis, segar dan menyehatkan yg dapat membawa maslahah bagi umat.  Oleh sebab itu apabila musyawarah ingin menghasilkan keputusan bagaikan madu, hendaknya beranggotakan orang-orang berkarakter seperti Lebah, hidupnya kompak, disiplin dan antara satu dengan yang lainnya tidak saling sengat menyengat tapi ada tugas masing-masing dengan saling pengertian yang tinggi diantara anggota.


Jika musyawarah tidak seperti demikian namanya bukan musyawarah tapi MUJADALAH, perdebatan bersitegang urat leher saling sengat menyengat, sikut sana sikut sini dan mau menang sendiri yg tidak mustahil ada adu otot yg buahnya berujung pada kebencian, fitnah, kericuhan, kegaduhan dan perpecahan. Kondisi Mujadalah ramai dengan uang sogok, menghalalkan segala cara demi jabatan atau demi yang lain sesuai dg niyatnya masing-masing, yang hasilnya bukan berupa madu tapi jadi racun, bukan membuat sehat malah jadi penyakit yg mematikan, mubadzir dan sia-sia.

Siapa yang tidak layak menjadi anggota Musyawaroh untuk Mufaqot ?

Ada 7 ( tujuh ) jenis orang yang berkarakter buruk yang tidak layak diajak musyawarah.

PERTAMA : Orang Jahil/bodoh karena orang bodoh akan menyesatkan dengan sebab tiada berilmu. Orang bodoh tidak bisa membedakan mana taktik strategi dan mana yg prinsip, terkadang taktik dan strategi malah dianggap prinsip sehingga merusak makna musyawarah itu sendiri.

KEDUA : Musuh, sebab musuh jika diajak musyawarah akan merusak strategi dan akan berkhiyanat.saling menohok kawan seiring menggunting dalam lipatan,yang dimaksud musuh adalah yg berbeda idiologi atau keyakinan/agama dan benar-benar mereka memusuhi. Jika berbicara dg musuh harus menggunakan taktik strategi yg unggul jitu dan rasional agar tidak tertipu. Siapa tahu dia akan menjadi pendukung setia atau tetap sebaliknya.

KETIGA   : Pendengki, orang seperti ini hanya akan menghilangkan kebaikan dan kufur atas kenikmatan, tidak tahu terimakasih atas kebaikan orang. Pendengki akan selalu berusaha memindahkan dan menjatuhkan keunggulan orang seolah milik dia dan menganggap hanya dirinya yang paling unggul dan paling benar. Hidupnya sibuk dengan keburukan orang lain dan merasa gelisah atas keunggulan orang lain itu, kemudian berusaha untuk menjatuhkannya.

KEEMPAT : Orang Riya, sebatas popularitas, karena mereka itu hanya ingin disanjung dan dipuji serta anti kritik, apabila ada yang mengkritik untuk perbaikan malah dimusuhi. Padahal kritik tsb adalah sengatan walau terasa menyakitkan tapi efeknya akan menjadi obat.Sebagaimana sengatan lebah yang suka digunakan dalam pengobatan tradisional, terasa sakit tapi jadi obat, itu makna kritik.

KELIMA   : Orang Kikir/Bakhil, orang seperti ini takut mengeluarkan resiko, infaq yg seharusnya dikeluarkan untuk dana perjuangan diapandang sebagai kerugian materi. Perjuangan melawan musuh dalam jihad fisabilillah memerangi kaum kuffar memerlukan bantuan dana, membebaskan kemiskinan pasti memerlukan dana, menolong dan memelihara anak yatim, pasti memerlukan dana dan semacamnya, bagi si Bakhil akan merasa rugi jika diminta bantuan demi tegaknya syari’at agama. Ukuran keputusannya ditimbang dengan takaran untung rugi menurut dirinya.

KEENAM   : Pengecut/jubun, orang pengecut tidak akan bertanggungjawab kerjanya hanya Black Compagne, pembusukan pd orang lain, sering lempar batu sembunyi tangan. Mereka suka menggunakan taktik jilat sana jilat sini yang penting bagaimana menguntungkan dirinya. Seorang pengecut biasanya suka bersembunyi dibalik berbagai alasan.

KETUJUH  : Orang Ambisius, manusia seperti ini biasanya melekat dalam dirinya dengan sifat pemarah ketersinggungannya tinggi dan sangat sensitif, manusia seperti tersebut hanya akan menjadi tawanan hawa nafsu, hidupnya penuh curiga walau kepada kawannya sendiri dan hanya akan memperindah kebusukan dg bungkus kepura-puraan yg penting keinginan nafsu-syahwatnya tercapai.

Jihad Dan Teroris




Upaya pencitraan Islam sebagai agama yang buruk, kacau, kotor, kasar dan brutal, istilah "TERORIS" seolah melekat dengan "JIHAD", padahal antara jihad dan teroris sangat berbeda. 

Jihad adalah upaya mengerahkan segala kemampuan demi izzul Islam wal Muslimin, demi kemulyaan Islam dan kaum Muslimin serta kemaslahatan ummat secara keseluruhan.
Teror adalah upaya menakut-nakutkan, pendzaliman dan pemusnahan tanpa sasaran yang jelas alias membabi buta dan bukan demi kemulyaan agama. 

Seperti pembantaian bangsa Palestina oleh Israel, pembantaian ummat Islam di Pilipina, bombardir Negara-negara Arab ( Iraq, Suriah ) oleh AS, itu terror. Pengusiran orang/suku Rohinggnya di Miyanmar, pembantaian ummat Islam Bosnia , itu di luar sana.

Di negeri ini pelecehan agama kerap terjadi, seperti : melagukan al-Qur’an dlm langgam Jawa,. ada adzan di misa Gereja, ada salib di dada santri, terompret berbungkus lafadz al-Qur’an, lafadz Allah swt di sandal jepit, pembakaran masjid di Tolikara Papua…. dsb.

Perang pun tidak boleh dilakukan secara brutal dan sembarangan. Ada beberapa etika berperang dalam Islam.


Sepanjang ummat Islam mendapat perlakuan tidak wajar, di dzalimi, di terror, diperlakukan tdk adil dan kejahatan lainnya, dimanapun dan oleh siapapun sepanjang itu pula perlawanan jihad pasti hidup. (HB)
About Us